Jakarta – Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Tarumanagara (FSRD Untar) menunjukkan komitmennya dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan menggelar seminar bertajuk “Design for Ethical Leadership: From Applied Arts to Strategy to Build a Better Future.” Diselenggarakan pada 11 November 2024, acara ini merupakan bagian dari program “Visit of Ecole de Design de Nantes to Indonesia,” yang diprakarsai oleh Institut Francais d’Indonesia untuk mendorong kolaborasi internasional dalam bidang pendidikan desain dan etika.
Acara ini digelar di Executive Lounge, Gedung Utama Untar, dan menghadirkan pembicara utama Christian Guellerin, Direktur Eksekutif Ecole de Design Nantes-Atlantique serta Presiden Kehormatan Cumulus. Sebagai tuan rumah, FSRD Untar menghadirkan lebih dari 150 mahasiswa dan 30 dosen dari berbagai kampus di Indonesia.
Sesi pertama mengupas mengapa Prancis menjadi pilihan utama bagi pendidikan internasional yang berkualitas. Menurut narasumber dari Campus France Jakarta, seperti Mrs. Catherine Tobing, Ms. Sarah Vandenborght, dan Ms. Dita Permatasari, Prancis memberikan keseimbangan antara pengalaman akademis dan praktis. Program magang menjadi bagian terintegrasi dalam pendidikan tinggi mereka, yang memberi mahasiswa pengalaman langsung di dunia industri. Pemerintah Prancis juga memberikan dukungan komprehensif kepada mahasiswa asing, sejalan dengan SDGs ke-4 (Pendidikan Berkualitas) dan SDGs ke-10 (Mengurangi Kesenjangan), dengan menyediakan akses ke pendidikan tinggi berkualitas dan dukungan sosial.
Sesi kedua, yang dibawakan oleh Christian Guellerin, membahas peran desainer dalam menciptakan masa depan yang etis dan inklusif, terutama dalam menghadapi tantangan kecerdasan buatan (AI). Dalam topik bertajuk Ethical Leadership: The New Frontier for Design and Designers, Guellerin menekankan bahwa AI membawa perubahan besar dalam desain, tetapi juga menuntut desainer untuk berpikir lebih etis. “Desain bukan hanya soal menciptakan produk, tetapi bagaimana kita merancang masa depan yang manusiawi dan berkelanjutan,” ujarnya.
Guellerin menyoroti tantangan yang dihadapi para desainer untuk tetap relevan di era di mana AI semakin mendominasi, menekankan bahwa para desainer harus tidak hanya menjadi kreatif, tetapi juga menjadi wirausaha yang memahami bagaimana teknologi, termasuk AI, dapat digunakan dengan bijak.
Dengan tema yang relevan bagi perkembangan dunia saat ini, seminar ini menjadi langkah penting bagi FSRD Untar dalam mewujudkan dukungan nyata terhadap SDGs ke-12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) dan SDGs ke-13 (Penanganan Perubahan Iklim). Seminar ini tidak hanya membahas peran desain dalam keberlanjutan tetapi juga mengajak mahasiswa untuk mempertimbangkan dampak sosial dan etika dalam teknologi, khususnya AI, dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai anggota Cumulus, FSRD Untar berharap dapat terus memfasilitasi diskusi dan kolaborasi seperti ini untuk menginspirasi para desainer muda dalam menghadapi masa depan yang kompleks, memanfaatkan AI dengan bertanggung jawab, dan menciptakan dunia yang lebih baik.