Sebelum Mengubah Dunia, Ubahlah Diri Sendiri

“Kita tidak bisa berbagi apa yang tidak kita miliki” Pemahaman saya dulu adalah hal – hal yang harafiah, seperti menyumbangkan uang atau benda tertentu, ternyata kemudian sejalan dengan waktu saya memahaminya lebih mendalam. Sesuatu yang dapat dibagi bukan hanya pada aspek kebendaan tetapi juga diri kita sendiri. Apabila kita memiliki kapasitas cinta yang besar, maka hal itu yang dapat dibagikan kepada orang lain, seperti yang dicontohkan oleh para orang suci atau orang baik hati. Begitu pula sebaliknya, apabila yang kita miliki adalah kepahitan/ kesedihan/ kemarahan, maka (secara negatif) hal – hal tersebut yang akan kita bagikan kepada dunia (orang di sekitar kita). Hal ini kemudian membuat saya mampu lebih berempati kepada orang – orang berkepribadian sulit/ bermasalah. Apa yang telah dialami atau terjadi dalam hidupnya ?

                   “Heal Ourselves Heal Our World” saya kutip dari misi organisasi Capacitar yang memiliki maksud bahwa ketika kita menyembuhkan diri kita dan menjadi pribadi yang lebih utuh, sehat, penuh cinta maka kita akan juga akan mendukung menciptakan dunia yang lebih baik. Sebelum mengubah dunia atau orang lain, ubahlah diri sendiri.

Capacitar adalah organisasi non profit yang sudah sudah berusia lebih dari 30 tahun dan tersebar di berbagai penjuru dunia. Kata capacitar berasal dari bahasa Spanyol “pemberdayaan diri” (to empower, to awaken, to bring each other to life). Capacitar mengajarkan praktik sederhana untuk memberdayaan orang dengan menggunakan kebijakan batin mereka untuk menyembuhkan dan mengubah diri dengan harapan jika kita semua mampu untuk hidup dalam keseimbangan batin yang baik, maka dunia akan menjadi tempat yang penuh kedamainan. When we reach out beyond our own worlds and touch the lives of others, all of us are empowered. Together we form a community of compassion and service much greater than our individual selves. — Pat Cane, Capacitar Founder 

Capacitar Nusantara

Capacitar memulai karya kemanusiaannya di Indonesia pada tahun 2002, saat terjadi peristiwa Bom Bali. Saat itu Capacitar International, yang diwakili oleh Sr. Merry, datang dan memberikan pelatihan dasar praktik penyembuhan trauma kepada beberapa relawan di Bali.  Para relawan ini kemudian bergerak untuk membagikan praktik ini kepada korban ataupun keluarga korban dari tragedi bom Bali. Apa yang dibagikan para relawan ini kepada korban ternyata sangat bermanfaat untuk meringankan beban dan trauma dari peristiwa yang terjadi. Berangkat dari situ, tehnik capacitar mulai menyebar di kalangan relawan dan permintaan untuk pelatihan juga semakin banyak. Seiring berjalannya waktu dan meredanya bencana di Indonesia, tim Indonesia mulai membagikan tehnik capacitar melalui workshop kepada pekerja Non Government Organization (NGO), Komunitas Relawan dan penyintas penyakit atau korban kekerasan. Pada tahun 2016 Capacitar Indonesia mengubah Namanya menjadi Capacitar Nusantara. Sejalan dengan kebutuhan relawan/ fasilitator di Indonesia, maka perlu diadakan training of trainer disebut TOM (Training of Multiplier), pertama kali saat gempa Yogya tahun 2006 dan sampai saat ini sudah 4 kali diadakan yang menghasilkan Certified Multipliers sebanyak lebih dari 50 orang.

Designing Yourself; Self Healing and Distress Techniques

Pada tanggal 1-4 Agustus 2024 Capacitar Nusantara mengadakan Training of Multipliers di the Village Resort, Pancawati, Jawa Barat dengan mengundang Joad Rebmann Condon, Capacitar International Special Project Director & International Trainer.  Dekan FSRD Untar  yang juga merupakan salah satu dari Capacitar Multipliers Indonesia kemudian berinisiatif untuk mengundang Joan untuk memberikan sesi Capacitar di FSRD Untar setelah selesai Training of Multipliers di Pancawati. Syukurlah di tengah kesibukannya, Joan dapat mengatur waktu dan bersedia untuk memberikan sesi Capacitar dengan judul Designing Yourself; Self Healing and Distress Techniques dalam acara Sharing Session KOKA (Kopi Kamis), 8 Agustus 2024.

Sharing session KOKA; Designing Yourlife; Self Healing and Distress Techniques dihadiri para dosen, karyawan, mahasiswa FSRD Untar dan beberapa tamu undangan. Acara dibuka dengan sambutan dari Yudi, ketua Capacitar Nusantara yang dibacakan oleh Alvieni Angelica, pendamping dan penerjemah Joan. Sambutan berisi tentang perkenalan apa itu capacitar dan sejarah berdirinya capacitar di Indonesia. Acara dilanjutkan langsung dalam bentuk praktek beberapa tehnik capacitar, seperti: (1) Fingers Hold, praktik untuk mengatasi emosi sedih, marah, minder, dll dengan cara menggenggam jari – jari tertentu ,  (2) Tai Chi Chackra . Setelah itu Alvieni menjelaskan tentang hubungan antara pikiran – emosi – tubuh untuk memudahkan pemahaman para peserta tentang pentingnya praktik untuk melatih diri terus menerus dan hidup dalam kesimbangan. Para peserta kemudian diajak untuk belajar tentang (3) Switching, untuk membantu memfokuskan diri ketika berada dalam situasi yang kurang baik,  (4) Drum Massage dengan cara menepuk – nepuk seluruh tubuh dan dilanjutkan dengan saling menepuk sambil berjalan dalam lingkaran secara bergantian, seperti ice breaking / energizer yang membuat suasana  gembira. Sebagai pelengkap ditambahkan teknik Capacitar yang berasal dari Indonesia,  yaitu (5) Orhiba  (Olah Raga Hidup Baru, yang diciptakan pada tahun 1952 berasal dari Bali. Sebagai penutup , peserta diminta berpasangan dan mempraktekan (6) the Holds, peserta secara bergantian membantu pasangannya untuk relaks, melepaskan emosi/ energi negatif. Setelah praktik selesai peserta diajak untuk sharing, diskusi, dan tanya jawab.

 

 

 

 

 

Salah satu peserta dosen menyampaikan  bahwa awalnya dia enggan datang dan tidak tahu seperti apa sessi yang akan diikuti, tetapi ketika sudah ikut praktik, terutama the holds, hal ini membantu dirinya merasa lebih nyaman/ lebih baik dari kondisi sebelumnya. Beberapa mahasiswa yang mengikuti acara memberikan testimoni, Michele mengatakan, “Saya dapat belajar cara membuat diri lebih tenang, pikiran dapat menyatu dengan badan. Ini adalah teknik yang baik, terutama dalam hidup yang ramai dibutuhkan “healing” seperti ini.”  Feli  mengungkapkan perasaannya saat mempraktekan the Hold, “Aku merasa ada orang yang mendampingi, Aku tidak sendiri.” Budi menyampaikan bahwa  melalui sessi ini dia belajar teknik penenangan diri, pengendalian diri, relaksasi dan pengobatan untuk trauma. Hal ini sangat bermanfaat untuk mahasiswa desain yang senantiasi perlu untuk berpikir kreatif. “Seru banget acaranya.”  Semoga sessi ini berkelanjutan sehingga dapat membantu orang untuk hidup dalam keseimbangan dan bertransformasi diri.

Author: Kurnia Setiawan
Editor: Yugih Setyanto